(Short Story) "Hijrah"
Pagi itu, kala ku baru bangun tidur. Ku melihat saudari kembarku sedang berhias diri di depan cermin, ia menaburkan sedikit bedak ke wajahnya, dan juga memberikan liptint di bibirnya, setelah itu kuperhatikan lagi dia memasang jilbabnya yang panjang. Pagi itu dia mengenakan gamis polos berwarna hitam dipadukan dengan jilbab panjang berwarna pink. Sepertinya itulah pakaian yang akan ia kenakan ke kampus.
“ loh wi? Kamu belum mandi? Ini sudah jam 6 lewat, nanti kamu telat ke kampusnya” ucapnya kala melihat kehadiranku dibelakangnya melalui cermin. Hari ini aku dan kak mutia memang ada jadwal kuliah pagi tapi entah kenapa aku malas sekali bergerak.
“ iya iya kak, 5 menit lagi ya? Mau ngumpullin nyawa dulu “ ucapku yang masih rebahan di kasur. Kak mutia lalu menghampiriku dan menarik tanganku untuk bangkit dari kasurku yang nyaman ini.
“ kamu harus cepat, aku nggak mau ya gara-gara kamu sampai aku juga terlambat” ucapnya. Aku menyerah sajalah daripada harus mendengar kak mutia ngoceh lagi. Aku pun mandi, lepas itu pakaian terus ke kampus. Fyi, aku tidak memakai jilbab seperti kak mutia, kalau ditanya kenapa? Aku belum siap. Dan satu lagi, aku dan kak mutia sefakultas tapi beda jurusan. Aku mengambil teknik informatika, sedangkan dia mengambil sistem informasi.
Sesampainya di fakultas, ku lihat beberapa mahasiswi-mahasiswa mengucapkan salam kepada kakakku, kak mutia memang dihormati di fakultasku karena selain dia menjadi mahasiswi dia juga menjadi asdos (Asisten dosen) dan juga aktif di ukm rohis. Hebat sih dia karena dia bisa membagi-bagi waktunya. Kalau aku sih, belajar tentang bahasa pemrograman yang ribet aja udah pusing.
“ aku masuk kelas dulu. Ingat ya habis dzuhur nanti ada kajian di masjid univ kita, kamu pokonya harus hadir. Temanya bagus loh. Tentang “aku berhijrah” diangkat dari kisah nyata. Siapa tau setelah kamu dengar kajiannya kamu langsung dapat hidayah terus pakai jilbab kayak aku” ucap kak mutia, aku hanya mengangguk mengiyakan. Kemudian, kak mutia masuk ke dalam kelasnya dan aku juga masuk ke dalam kelasku.
Sesampainya di kelas, ku lihat salah satu temanku yang dulunya tidak memakai jilbab tiba-tiba hari ini dia memakai jilbab. Aku menghampirinya dan menaruh tas ku di kursi yang ada disampingnya dan berbicara dengannya
“wah tin, kamu sekarang pake jilbab?”
“ iya”
“kok bisa?”
Dan jawabannya membuatku sedikit terkejut
“iya, soalnya pacar aku nyuruh aku pake jilbab jadi aku berjilbab deh”
“jadi? Kamu pakai jilbab karena pacar kamu?”
“iya” jawabnya seraya mengangguk. Dan kemudian, aku memutar balikkan posisi dudukku ke depan dan memikirkan sesuatu.
***
“kak, memangnya boleh ya memakai jilbab gara-gara pacar?” tanyaku pada kak mutia. Kami berdua sedang berjalan menuju ke masjid univ kampus.
“ya nggak bolehlah. Itu niatnya salah. Masa iya berjilbab gara-gara pacar? Memakai jilbab itu harus karena Allah bukan pacar, lah wong pacaran itu dosa masa kita mematuhi perintah Allah karena hal yang dilarangnya?” jawabnya.
Akhirnya, sampailah aku dan kak mutia di masjid. Kami melaksanakan shalat berjamaah lepas itu kami duduk untuk mendengar kajian. Ku fokuskan perhatianku untuk mendengarnya. Dan setelah selesai tibalah saatnya untuk sesi tanya-jawab. Dengan semangat yang tinggi, aku mengangkat tangan dan sang moderator mempersilahkan aku untuk bertanya.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.. nama saya dewi maharani dan saya ingin bertanya. Apa motivasi anda sehingga anda memilih untuk berhijrah memakai jilbab padahal saat itu anda kan seorang penari balet, apakah anda tidak menyesal meninggalkan bakat anda yang merupakan penari hanya untuk berjilbab? Mohon dijawab. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”
“baiklah... saya akan menjawab pertanyaan ukhti dewi, sebenarnys motivasi terbesar saya untuk memutuskan memakai jilbab adalah ayah saya yang saat itu beliau sedang sakit keras. Beliau memanggil saya dan beliau mengatakan untuk menyuruh saya memakai jilbab, Apakah saya langsung menurutinya? Tentu saja tidak. Hari itu saya galau, di sisi lain saya sangat menyayangi ayah saya dan disisi lain saya juga tidak mau melepaskan bakat menari saya. Saya kemudian rajin mengikuti kajian-kajian islam. Bertanya kepada para pakar pakar muslimah yang lebih tau islam lebih dalam. Kemudian suatu ketika saya mendengar bahwa Selangkah anak perempuan keluar dari rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga ayahnya itu hampir ke Neraka. Dan kemudian saat itulah saya sadar bahwa saya harus menolong ayah saya untuk terhindar dari api neraka, dan setelah itu saya memutuskan untuk hijrah. Saya memakai jilbab dan Alhamdulillah... ayah saya senang dan perlahan-lahan beliau sembuh dari sakitnya, apakah saya menyesal? Awalnya saya sempat sedih, galau beberapa hari karena saya harus merelakan menari saya. Kemudian, untuk mengatasi kegalauan tersebut saya sering membaca buku-buku dan kemudian saya memutuskan untuk menulis. Alhamdulillah... berkat tulisan saya. Saya bisa berada disini sekarang bersama ukhti dewi dan juga yang lainnya. Dan terakhir percayalah ketika kita memutuskan untuk mematuhi perintah-Nya maka Dia akan menolong dan membantu kita dan akan ada hal-hal menakjubkan yang tanpa kita duga-duga akan terjadi dalam hidup kita. Kuncinya kita harus percaya akan segala rencana yang Allah tuliskan untuk kita” jawabnya. Hatiku langsung tersentuh mendengar jawabannya. Aku kemudian menoleh ke arah kak mutia yang sedang tersenyum kepadaku. Ia sepertinya tahu apa yang kurasakan sekarang.
***
“jadi bagaimana? Apakah adik kembarku akan mengenakan jilbab?”
“hmm.. kakak yakin aku bisa untuk tetap istiqomah memakai jilbab?”
“ yakin dong... aku saja bisa istiqomah memakai jilbab hingga sekarang masa kamu tidak. Kan kita kembar”
“ bimbing aku ya kak. Supaya aku bisa tetap istiqomah, tegur aku kalau ada salah.
“ iyaa... aku akan selalu ada disamping kamu kan kita serumah dan sekamar pula jadi aku nggak akan kemana-mana.” Ujarnya yang membuatku sedikit tertawa.
“ jadi? Mau hijrah memakai jilbab?” tanyanya. Aku menatapnya lama. Seraya tersenyum, aku mengangguk.
“bismillahirahmanir rahim... aku siap”
Kak mutia lalu memelukku.
“Alhamdulillah... setelah mengikuti beberapa kajian yang ada, kamu akhirnya mendapat hidayah juga. Nggak sia-sia aku maksa-maksa kamu ikut kajian.” Ucap kak mutia senang. Tiba-tiba hpku berdering. Aku mengambil hpku dari kantong bajuku dan terpampang tulisan “my hero”. Segera kuangkat tapi belum sempat kuberbicara , kak mutia malah merebutnya dariku. Kak mutia mengaktifkan mode loudspeaker hpku
“Assalamualaikum pah, pah dengarin mutia deh. Sekarang, dewi sudah berhijrah memakai jilbab loh. Papah bangga kan?”
“waalaikumsalam.. Alhamdulillah kalau dewi mengikuti langkah kamu, papah jelas banggalah karena 2 bidadari papah memutuskan untuk memakai jilbab karena salah satu tugas papah sudah terpenuhi, nah , tugas papah sekarang mencarikan jodoh yang tepat buat kalian berdua” ucap papah diseberang sana
“iihh.. papah bisa aja. Dewi mau kuliah dulu, wisuda dulu baru nikah” ucapku
“ kalau aku pah gak papa deh nikah muda asal jodohnya sudah datang” sambung kak mutia
“ ya sudah, papah akan carikan untuk mutia dulu baru untuk dewi” ucapnya . aku dan kak mutia hanya tertawa mendengarnya.
“keadaan papah dan mama bagaimana? Baik-baik saja?”
“alhamdulillah... keadaan papah disini baik-baik saja, mama kamu juga. Papah rindu sekali sama kalian berdua, kalian baik-baik saja kan?”
“iya pah, Alhamdulillah kami baik-baik saja. Kapan papah sama mama balik dari malaysia?”
“insya ALLAH 2 bulan ke depan, kalian tunggu papah ya. Untuk mutia papah akan bawakan jodohnya”
“iya pah siap. Aku tunggu ya pah haha” ucap kak mutia
“ya sudah. Papah tutup dulu ya. Assalamualaikum...”
“waalaikumsalam...”
***
2 bulan kemudian papah dan mama datang dan seperti kata mereka. Mereka membawa seorang pria ke rumah. Kata papah pria itu adalah anak rekan kerja papah di malaysia. Sayangnya, kata papah. Pria itu memilih diriku bukannya kak mutia, kata papah pria itu lebih tertarik padaku daripada kak mutia. Aku tentu saja tidak langsung menerimanya. Aku shalat istikharah dulu dan akhirnya aku mendapat jawaban aku memutuskan untuk menerimanya. Aku rasa dia adalah hadiah yang Allah berikan untukku. Allah mengirimkanku seorang pria yang shaleh untuk mendampingiku lebih dekat dengan-Nya. Memang benar, bahwa kita harus selalu percaya apa yang Allah rencanakan untuk kita karena Dia pasti memberikan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya
Komentar
Posting Komentar